Gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang Myanmar pada hari Jumat 28 Maret 2025. Kedalaman gempa tercatat 10 kilometer.
Dengan episentrum di dekat Sesar Sagaing, gempa bumi itu menyebabkan kerusakan luas di Myanmar dan Thailand. Kedua negara tersebut mengalami dampak yang paling parah akibat gempa.
Getaran gempa terasa hingga Bangkok, memicu kepanikan dan runtuhnya bangunan. Termasuk gedung tinggi di Thailand. Hingga kini, diketahui ada sekitar 144 meninggal dan 730 orang terluka akibat gemba bumi di Myanmar.
Penyebab gempa bumi
Gempa bumi terjadi ketika ada pelepasan energi secara tiba-tiba di bawah permukaan Bumi akibat pergerakan lempeng tektonik.
Kulit terluar Bumi, litosfer, terpecah menjadi lempeng-lempeng besar yang “mengapung” di mantel semi-cair di bawahnya.
Lempeng-lempeng ini bergerak lambat, dan interaksinya menyebabkan tekanan terakumulasi. Baik itu saling mendorong, terpisah, atau bergeser satu sama lain. Ketika tekanan ini terlalu besar, tekanan ini dilepaskan dalam bentuk gelombang seismik, yang menyebabkan daratan berguncang.
Pemicu gempa Myanmar
Alasan utama di balik gempa tersebut adalah lokasi Myanmar di sepanjang Sesar Sagaing (Sagaing Fault). Episentrum gempa pada 28 Maret 2025, yang terletak di dekat Mandalay, juga terletak di patahan ini. Melansir dari India Times, “Sesar Sagaing merupakan batas tektonik utama antara Lempeng India dan lempeng mikro Burma.”
Sesar ini membentang sekitar 1.200 kilometer di seluruh Myanmar dan sangat aktif. Sehingga menyebabkan sebagian besar aktivitas seismik di wilayah tersebut. Sesar Sagaing adalah sesar transformasi lateral kanan. Hal ini berarti dua daratan di kedua sisinya bergerak secara horizontal melewati satu sama lain.
Seiring waktu, tekanan terbentuk di sepanjang sesar. Ketika tekanan tersebut melebihi kekuatan batuan di sekitarnya, tekanan tersebut dilepaskan secara tiba-tiba sebagai gempa bumi. Seperti yang terjadi pada hari Jumat, 28 Maret 2025.
Peristiwa-peristiwa ini mencerminkan kerentanan wilayah tersebut terhadap gempa bumi di masa mendatang. Juga menekankan perlunya kesiapan dan infrastruktur yang lebih baik untuk menahan aktivitas seismik.
Untuk mengurangi kerusakan, pihak berwenang harus fokus pada penguatan tata bangunan serta peningkatan manajemen bencana. Pemerintah juga harus meningkatkan sistem peringatan dini untuk melindungi penduduk dan infrastruktur.