Banjir bandang yang melanda kawasan wisata Parapat, Sumatera Utara, pada 16 Maret 2025, menjadi peristiwa yang mengguncang masyarakat setempat. Hujan deras yang berlangsung selama beberapa hari menyebabkan sungai kecil di perbukitan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon meluap. Air bercampur lumpur dan material longsor mengalir deras ke pusat kota, merendam Terminal Sosor Saba dan sepanjang Jalan Sisingamangaraja2.
Bencana ini tidak hanya mengganggu aktivitas warga, tetapi juga melumpuhkan transportasi di kawasan tersebut. Jalan-jalan utama tertutup lumpur dan material longsor, sehingga arus lalu lintas harus dialihkan. Meski tidak ada laporan korban jiwa, sekitar 50 rumah warga terdampak, termasuk fasilitas umum seperti RSUD Parapat.
Pemerintah daerah bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut segera turun tangan untuk menangani dampak bencana. Langkah-langkah seperti pengalihan arus lalu lintas dan pembersihan material longsor dilakukan untuk memulihkan kondisi. Namun, bencana ini juga memunculkan kekhawatiran tentang alih fungsi lahan di kawasan hulu yang diduga memperparah banjir2.
Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan untuk mencegah bencana serupa di masa depan.