
PELITA168 – Seperti kita ketahui, pada bulan Ramadan tahun ini 1446 Hijriah, akan terjadi dua fenomena gerhana. Gerhana pertama adalah Gerhana Bulan Total pada 14 Maret 2025, disusul oleh Gerhana Matahari Sebagian pada 29 Maret 2025.
Gerhana Bulan terjadi ketika posisi matahari-bumi-bulan segaris lurus sehingga cahaya matahari ke bulan terhalang bumi. Sedangkan Gerhana Matahari terjadi ketika matahari-bulan-bumi segaris lurus sehingga matahari terhalang oleh bulan dalam pandangan dari bumi.
Fenomena ini kemudian dikaitkan oleh sebagian pihak dengan tanda-tanda kiamat, khususnya kedatangan Imam Mahdi. Sebagaimana diketahui, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa salah satu tanda datangnya Imam Mahdi adalah terjadinya dua gerhana dalam bulan Ramadan.

Dosen Program studi Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr. Choirul Amin, S.Si., MM., menjelaskan bahwa fenomena dua gerhana dalam satu bulan Ramadan bukanlah hal yang baru dalam sejarah.
“Jika kita melihat data, kejadian serupa sudah sering terjadi. Misalnya, pada tahun 2003 juga pernah terjadi dua gerhana di bulan Ramadan,” ujarnya, Kamis (13/3).
Menurut catatan astronomi, fenomena ini telah terjadi sebanyak 22 kali dalam 60 kali Ramadan selama sejarah dunia. Artinya, jika asumsi bahwa dua gerhana di bulan Ramadan merupakan tanda datangnya Imam Mahdi benar, maka seharusnya kiamat sudah terjadi sejak dahulu kala.
“Saya kira ini hanya mitos. Saya mengikuti pendapat jumhur ulama bahwa hanya Allah SWT yang mengetahui kapan datangnya Imam Mahdi dan kapan kiamat akan terjadi,” tegas dosen UMS itu.
Lebih lanjut, ia mengajak masyarakat untuk lebih fokus terhadap dampak ilmiah dari dua gerhana ini, terutama terkait kesiapsiagaan terhadap bencana hidrometeorologi.
“Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan bahwa dalam beberapa hari ke depan masih berpotensi terjadi hujan ekstrem di beberapa wilayah Indonesia. Saat gerhana terjadi, posisi matahari, bumi, dan bulan berada dalam satu garis, yang menyebabkan peningkatan gaya tarik gravitasi. Hal ini dapat meningkatkan pasang air laut, terutama di daerah pesisir,” jelasnya.
Fenomena ini jika ditambah dengan curah hujan tinggi akan berpotensi memperparah banjir rob di daerah pesisir seperti Semarang, Demak, Pekalongan, dan Brebes.
“Masyarakat di daerah pesisir harus lebih waspada dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan genangan air yang lebih tinggi dari biasanya,” tambahnya.
Sebagai penutup, Choirul Amin menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan mengenai isu kiamat akibat dua gerhana di bulan Ramadan. Sebaliknya, fokus utama adalah meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana yang bisa terjadi akibat fenomena ini.
Ayo dukung terus Chanel Berita dari Situs Pelita168 ini,,dengan situs ini kami akan menyajikan bayak berita – berita terhangat dan terupdate dalam sebuah berita terbaru dan paling lengkap