PELITA168-Dalam suku Sunda Mengenal tradisi Ngeueyeuk yang Sebagaimana para tetua adat akan memberikan saran-saran sebagai berpengalaman dalam mengarungi bahtera pernikahan.
Simbol-simbol itu dapat berwujud daun sirih (Seureuh), alu, lumpang, dan lain sebagainya yang tersedia di dalam tradisi Ngeuyeuk Seureuh.
Dalam studi berjudul “Makna-makna Seksualitas dalam Upacara Ngeuyeuk Seureuh”, yang diterbitkan Siginjai: Jurnal Sejarah, Vol. 2 No. 1, Juni 2022, karya Deri Eka Firmansyah, seureuh dalam bahasa Sunda berarti sirih.
Seureuh atau daun sirih punya bunyi yang sama (homofon) dengan kata deudeuh. Deudeuh berarti kasih sayang. Maka seureuh, adalah simbol dari kasih sayang. Seureuh juga homofon dengan reureuh, yang bermakna rileks, santai, istirahat, rehat, dan rehat sejenak.
Sedangkan Ngeuyeuk berasal dari kata heuyeuk, kemudian ngaheuyeuk, dan jadilah ngeuyeuk. Ngeuyeuk berarti memegang. Kamus Sundadigi menyebutkan Ngeuyeuk Seureuh berarti menyediakan daun sirih, bisa juga bermakna menyusun daun sirih.
Ngeuyeuk Seureuh akan dimulai kidung do’a yang disampaikan oleh Nini Pangeuyeuk. Dalam prosesinya, daun seureuh akan diposisikan sebagai lungkun. Yakni, daun digulung memanjang dan diikat dengan benang. Nantinya dun ini bisa dinikmati sebagai camilan.
Nini pangeuyeuk selanjutnya akan membagikan tujuh helai kantéh dengan panjang dua jengkal, kemudian kedua mempelai memohon izin kepada kedua orang tua untuk dapat dinikahkan ésok hari. Kantéh yang dipegang lalu dipentangkan dan digunting oleh masing-masing orang tua dan dilanjutkan oleh calon mempelai.
. Membelah mayang jambe atau bunga pinang. Prosesi ini dilakukan oleh calon pengantin laki-laki dengan cara membelah bagian dalam atau disebut juga bagian perut dari bunga pinang tersebut dengan perlahan, lalu selanjutnya mengambil bagian isi dari bunga pinang namun jangan sampai rusak. Bunga pinang disebutkan sebagai simbol perempuan.
2. Mempelai perempuan membelah buah pinang muda. Buah pinang tersebut dipilih yang masih hijau dan memiliki getah yang banyak. Buah pinang sendiri dalam prosesi ini menyimbolkan laki-laki.
3. Kedua calon menggulung dua lembar daun sirih yang masih ada tangkainya dilengkapi dengan bumbu yang lengkap seperti kapur, kapulaga, cengkeh dan saga. Dua daun sirih yang digulung harus tertungkup bagian perutnya dan kemudian diikat oleh benang benda ini disebut lungkun. Kemudian seluruh tamu yang hadir termasuk kedua orang tua juga akan membuat lungkun dan dijadikan sebagai camilan bagi seluruh tamu yang hadir.
4. Alu dan lumpang pun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam makna pada tradisi ngeuyeuk seureuh. Dua benda ini tidak dapat dipisahkan karena akan berubah fungsinya apabila tidak lengkap.
Dilansir dari PELITA168,rabu 03 Juli 2024